Tuesday, July 30, 2019

Alasan Pohon Pulai Ditanam Di Gedung Perpustakaan


Kenapa? karena semua butuh alasan, meskipun cinta tak butuh alasan. Bahkan menanam pohon saja juga ada alasan yang mendasarinya. Di Balai Layanan Perpustakaan DPAD DIY tepatnya di Gedung Grhatama Pustaka, terdapat pohon yang sangat unik yang ditanam di bagian tengah gedung. Pohon tersebut bernama pohon pulai atau biasa disebut dengan pohon pule. Pohon yang memiliki nama ilmiah Alstonia scholaris ini tidak hanya ditanam di tengah gedung, akan tetapi juga di depan gedung, disamping gerbang dan beberapa titik lainnya. Jumlah pohon pulai di lingkungan Grhatama Pustaka berjumlah 8 pohon, dengan ukuran yang berbeda. 

Dari sebuah perbincangan singkat bersama Bapak Agus Tirto, salah satu PNS di lingkungan DPAD DIY, pohon pulai ditanam dilingkungan Balai Layanan Perpustakaan memiliki filosofi tersendiri, diantaranya:

1. Batang pohon pulai lurus, memberikan arti hidup yang lurus. Tidak berbelok pada sesuatu hal yang salah. 
2. Setiap dahannya selalu bercabang 4, yang memiliki arti keadilan pada setiap penjuru mata angin. Seperti minaret yang berada di Grhatama Pustaka yang juga berjumlah 4.
3. Memiliki rasa pahit, sehingga pohon tetap bagus tidak didekati dan rusak oleh serangga. Menggambarkan perjalanan kehidupan yang harus ditempuh dengan perjuangan yang berat atau bisa dikatakan 'pahit', agar kehidupan dikemudian menjadi manusia yang berhasil.
4. Memiliki arti bagi pendidikan, bermanfaat bagi sekolah. Seperti sebuah pepatah bahwa "perpustakaan adalah pembelajaran sepanjang hayat". Ditanamnya pohon pulai di Balai Layanan Perpustakaan sebagai simbol bahwa perpustakaan sebagai media penunjang pendidikan dari berbagai lembaga pendidikan. 
5. Memiliki sebutan dalam banyak bahasa.
6. Pohon Pulai menggambarkan sebuah nasionalisme. Nama dari PULAI memiliki keterkaitan dengan lagu Indonesia Raya. Dimana hurup vokal pada pohon pulai yakni U-A-I, sesuai dengan sajak lagu Indonesia Raya stansa 1,2, dan 3. Dimana stansa 1 bersajak U, stansa 2 bersajak A, dan stansa 3 bersajak I.
7. Merobohkan pemikiran masa lalu, dimana pohon pulai dianggap sebagai pohon yang memiliki penunggu. Ditanamnya pohon pulai di salah satu layanan umum untuk merobohkan mindset bahwa pohon adalah pohon yang angker.
8. Menjaga kestabilan lingkungan. Pohon pulai merupakan jenis pohon yang memiliki rongga di dalam batangnya. Sehingga, ketika sedang musim hujan, air dapat mengalir di dalam batang dan disimpang. Pada musim kemarau tiba, pohon pulai tidak akan kekurangan air dan tetap hijau. 
9. Ditanam di tengah gedung memberikan arti 'keseimbangan' bahwa manusia juga berada di tengah pada dirinya. Sehingga menusia tidak perlu 'minder' akan dirinya sendiri. 

Selain pohon pulai, di Grhatama Pustaka juga terdapat beberapa jenis tanaman lain, bahkan pohon kersen atau talok, yang buahnya dapat dinikmati oleh pengunjung perpustakaan. Menanam pohon adalah menanam cinta. Cinta bagi alam dan cinta pada semua makhluk. Jika menanam cinta pada manusia dapat ditolak, pohon tidak akan pernah menolak cintamu. 

Thursday, July 11, 2019

Pendidikan Pemustaka (User Education) di Perpustakaan Umum Itu Perlu

Caution!! 'Tulisan ini bukanlah artikel ilmiah, tetapi artikel argumen tentang sedikit pengetahuan admin berkaitan dengan kepustakawanan dan dunia perpustakaan

Perpustakaan merupakan tempat mencari sumber informasi, seperti yang telah diketahui oleh masyarakat umum. Terdapat beberapa jenis perpustakaan, salah satunya perpustakaan umum, seperti tempat admin bekerja. ehem. Ya, admin merupakan salah satu staff layanan di Perpustakaan Daerah salah satu provinsi di Indonesia. Tepuk tangan. Kerjaan di perpustakaan umum apa saja mbak? Banyak, karena di bagian Layanan Sirkulasi, admin harus melayani sirkulasi peminjaman-pengembalian, penelusuran, pencarian buku di rak, pencarian jodoh di sela-sela rak kalo ada. Terkadang memberikan referensi buku apa yang sesuai dengan apa yang pemustaka cari, nah, ini yang agak rumit. Staff layanan tidak memiliki ilmu kebatinan yang  nantinya buku yang dicari benar-benar 'plek' sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka.

Pemustaka? ya, gampangnya disebut pengunjung perpustakaan, biasa juga disebut user atau pengguna, bukan pengguna narkoba pastinya. Menurut Undang-undang No.43 Tahun 2007 bisa dicari sendiri definisi dari pemustaka secara lebih detil. Kebutuhan informasi setiap pemustaka berbeda, terlebih di Perpustakaan Umum. Pemustaka di perpustakaan umum mulai dari 0 bulan sampai sekian ratus tahun. Dari siswa, mahasiswa, bapak ibu guru, dosen, juragan tahu bulat, komunitas arisan, ibu-ibu posyandu, bapak-bapak club karambol, juragan empang, juragan teri, pemilik atm banyak tapisaldo 0, sampai juga berbagai kalangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saking heterogen-nya pemustaka di perpustakaan umum, terkadang banyak kejadian yang ada aja. Sebagai staff layanan pastinya harus bisa nahan emosi, tapi yang paling susah adalah nahan ketawa atas kelucuan dan keunikan pemustaka yang selalu tak terduga. 

Pemustaka di perpustakaan umum dituntut untuk dapat mencari buku secara mandiri. Lha terus kerjanya staff layanan apa? Kalau ada staffnya kenapa harus mencari buku sendiri, kan bisa minta tolong? nah, ini yang salah.Sebenarnya staff layanan hanyalah 'membantu' pemustaka dalam pencarian informasi. Bayangkan, dalam satu hari pemustaka bisa sampai 300-500 orang dengan staff layanan sekali sift 5 orang, tidak mungkin kan one user one staff, butuh berapa staff jika hal itu terjadi. backsound lagu Opick. Oleh karena itu, agar pemustaka dapat melakukan pencarian secara mandiri, perpustakan umum perlu melaksanakan 'Pendidikan Pemustaka". 

Pelaksanaan Pendidikan Pemustaka (User Education)

Pendidikan pemustaka menurut ODLIS (Online Dictionary of Library and Information Science) didefinisikan sebagai kegiatan yang mencangkup pembelajaran tentang bagaimana pemustaka memanfaatkan koleksi perpustakaan, layanan, dan fasilitas, baik secara formal maupun non-formal cara penyampaian yang dilakukan oleh pustakawan maupun staff perpustakaan , baik secara perorangan maupun dalam sebuah kelompok. Meskipun hubungan kita tidak memiliki tujuan, menurut Lasa-HS, pendidikan pemustaka memiliki beberapa tujuan, yakni:
  • Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia
  • Mengoptimalkan sarana dan fasilitas
  • Mencapai terwujudnya masyarakat informasi
  • Ikut berperan dalam proses pendidikan
  • Mengefektifkan dan mengefisiensikan pencarian informasi


Dalam pelaksanaannya, pendidikan pemustaka di perpustakaan secara umum terdapat beberapa tingkatan. Pendidikan pemustaka dilaksanakan dengan beberapa tahap tingkatan, yakni:
1. Library Orientation
     Library orientation merupakan tingkatan pertama dan pendidikan pemustaka, dengan mengenalkan orientasi dasar perpustakaan. Pemustaka akan dikenalkan dengan hal dasar seperti letak ruangan layanan, kamar mandi, kantin, jam layanan, prosedur peminjaman-pengembalian, pendaftaran anggota dan kontak perpustakaan. Di perpustakaan umum, library orientation ini sangat penting, terlebih untuk perpustakaan dengan gedung yang besar, beberapa pemustaka bisa jadi masih bingung dengan letak ruang, pintu masuk-keluar dan beberapa hal mendasar lainnya. 

2. Library Instruction
     Pada tingkat Library Instruction, pemustaka sudah mulai familiar dengan perpustakaan. Pemustaka mulai diajarkan bagaimana melakukan penelusuran informasi secara mandiri dengan buku petunjuk, sistem temu kembali informasi. Di beberapa perpustakaan umum penelusuran informasi sudah tidak lagi menggunakan katalog kartu, tetapi sudah mulai menggunakan OPAC (Online Public Access Catalogue) sehingga, pencarian buku dapat lebih cepat dan lebih mudah.

3. Bibliographic Instruction

     Tingkat Bibliographic Instruction, staff memberikan pendidikan pemustaka dengan intensif, seperti memberikan pengarahan informasi organisasi, tipe referensi untuk dokumentasi, cara pembuatan laporan penelitian dan lain sebagainya. Staff layanan seperti memberikan bimbingan atau pengajaran olah informasi yang telah didapatkan oleh pemustaka. 

Sebenarnya masih ada tingkatan yang lebih tinggi, sampai pada literasi informasi.Akan tetapi, secara umum, tingkatan pendidikan pemustaka sebagaimana 3 tingkatan tersebut. Untuk pelaksanaannya, pendidikan pemustaka dilakukan secara formal maupun non-formal. Berbeda dengan perpustakaan perguruan tinggi maupun di perpustakaan sekolah yang melaksanakan pendidikan pemustaka secara terjadwal, pelaksanaan pendidikan pemustaka di perpustakaan umum dilakukan secara kondisional.

Pendidikan Pemustaka Formal

Pendidikan pemustaka bisa dilakukan secara formal, yakni dengan memberikan panduan pada sekelompok kunjungan. Biasanya dilakukan secara terjadwal, mulai dari pemaparan materi tentang perpustakaan dan juga nantinya pemustaka akan diajak berkeliling perpustakaan atau wisata pustaka. Pemustaka secara langsung akan dikenalkan dengan ruang layanan, fasilitas, cara pencarian buku dan bagaimana cara peminjaman sampai pengembalian. 

Pendidikan Pemustaka Non-Formal

Pendidikan pemustaka secara non formal dapat dilakukan kondisional, baik oleh perorangan maupun kelompok. Pemustaka secara spontan dapat langsung bertanya kepada staff layanan, dan staff layanan akan memberikan pengajaran kepada pemustaka. 

Pelajaran bagi pemustaka yang baru pertama kali menginjakkan kaki di perpustakaan, bertanyalah kepada staff layanan jika baru pertama kali berkunjung dan butuh bantuan. Tidak semua staff layanan belajar koding  dan sandi morse sehingga peka pada setiap tingkah pemustaka, sudah berapa kali pemustaka datang, atau bahkan belum pernah sama sekali. Tanyakan bagaimana cara pencarian buku, bukan mengacak-acak di rak. Tanyakan berapa nomor panggil bukunya, dan staff akan membantu mengarahkan dimana letak buku. Tanyakan berapa nomor hape mbaknya, biar ada notif yang masuk. Bersabarlah apabila sirkulasi sedang padat dan antri ketika meminta bantuan, staff bukan Naruto yang punya jurus seribu bayangan, bukan juga Bandung Bondowoso yang bisa membangun 999 candi dalam waktu semalaman. 

Ketika staff mengeluarkan sedikit nada tinggi, berarti sedang berlatih lagu seriosa, bukan karena emosi. Tanyakan apa saja, yang penting bukan masalah hati. Sekian, kami tunggu kedatangan kalian di perpustakaan . . 
Kunjungi dan jadi tahu dunia