Pustakaku

Jalani, Tapi Jangan Sendiri

Copyright Anik Nur Azizah. Powered by Blogger.
  • Beranda
  • Cerita
  • Wisata
  • Warung Kopi
  • Librarian Corner
  • Bucin Time
Kuliah dan tinggal di pondok pesantren, tidak banyak mahasiswa di kota jogja ini yang juga berstatus sebagai santriwan dan santriwati. Rata-rata anak kuliah tinggal di kos-kosan. Hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang bertempat tinggal di pondok pesantren. Dalam satu kelas, umunya hanya empat atau lima anak, atau mungkin kurang dari sepuluh anak. Hanya jurusan-jurusan tertentu saja yang lebih dari 10 mahasiswa dalam satu kelasnya yang tinggal di pondok pesantren. Bahkan ada atau malah banyak dalam kelas itu yang tidak satupun ada anak yang nyambi nyantri. Minimnya mahasiswa yang mau tinggal di pondok pesantren memang memiliki beberapa alasan, dari peraturan yang ketat, tidak boleh keluar malam, tidak boleh pulang kerumah seenaknya, jadwal rutin ngaji yang mungkin dianggap mengganggu jadwal mengerjakan tugas. Mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren kerapdianggap sebagai mahasiswa yang tinggal di bawah tekanan. Sebenarnya tidak, tinggal bagaimana cara mereka menyesuaikan waktu saja. "apa, kamu tinggal di pesantren?", kadang juga ada kata-kata seperti ini ketika mereka tahu ada teman yang tinggal di pesantren. Kebanyakan anak-anak pesantren memang tidak bisa mengikuti kegiatan malam yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Peraturan memang peraturan, mau tinggal di pesantren ya harus mentaati tata tertib di dalamnya. Malam keakraban (makrab) mungkin hanya sebuah kata yang bisa dibayangkan, dan tidak bisa berpartisipasi. Anggapan mereka anak mahasiswa kos bahwa anak pesantren ini menderita, karena terlalu banyak kekangan. Tapi sebenarnya tidak untuk anak-anak amphibi, anak yang tinggal di dua alam, alam kampus dan alam pesantren. Kehidupan di pesantren itu sebenarnya tidak hanya ngaji Qur'an, ngaji Diniyah, ngaji Bandongan, doa bersama saja. Banyak pesantren yang mempunyai lembaga dan organisasi di bawahnya. Di salah satu pesantren di Jogja ini, seperti Pondok pesantren Wahid Hasyim, terdapat beberapa lembaga di bawah naungan pondok pesantren yang dapat digunakan santri sebagai ajang untuk mengekspresikan minat dan bakat mreka. seperti terdapat lembaga seni, lembaga pengabdian kepada masyarakat, lembaga pengembangan bahasa asing, lembaga kewirausahaan dan beberapa lembaga lain, dimana santri yang tidak memiliki kesempatan untuk aktif di kampus, bisa mengembangkan bakat, dan belajar dengan fasilitas lembaga yang telah disediakan. Hidup di pesantren sama dengan hidup dibawah tekanan, memang iya, tapi pesantren tahu bagaimana mengubah tekanan bagi makhluk-makhluk amphibi ini untuk mengekspresikan kemampuan mereka. Mahasiswa santri kedepannya bisa lebih maju dan lebih aktif, baik dalam membangun masyarakat, mengembangkan kemampuan maupun dan mengajarkan apa yang mereka dapat. Karena mereka mempunyai nilai "lebih", mahasiswa iya, santri juga. Urusan dunia dan akhirat

 Menurut pendapat beberapa orang, sebagian besar dari mereka menjawab, pustakawan itu ya  orang yang bekerja di Perpustakaan.
Salah seorang dari mereka ketika Saya tanya : “Setahu kamu, bekerja di perpustakaan itu ngapain aja?” nah, Dia jawab : “Ya nata buku to ya? Mau ngapain lagi kalo gag nata buku?”
Ya, begitu hasil survey kecil saya. Mungkin memang belum banyak orang tahu. Sebagaian besar melihat pustakawan dari apa hasil konkrit yang di kerjakan oleh pustakawan. Dan hasil konkrit yang terlihat oleh para pemustaka ya rak, yang ada buku tertata di dalamnya.
Pertanyaan yang ada benak saya sendiri, bertanya pada diri saya sendiri: “Gimana buku bisa sampai ke rak? Gag mungkin kan, pustakawan tiba-tiba beli buku, disampul, ditaruh rak, selesai. Apa yang terjadi jika pustakawan tersebut menaruh bukunya asal-asalan, perpustakaan bisa kaya pasar kiloan, buku segala subjek campur bawur. Kalian mesti bingung nyari buku yang kalian cari.” Tapi pertanyaan ini saya simpan dibenak saya sendiri, dan saya tuliskan disini.
Ok, menjawab pertanyaan Ibu Labibah pada Mata Kuliah Informasi dalam Konteks Sosial : “Pustakawan itu apa?”
Kalau menurut pendapat saya sendiri, pustakawan itu . . . . profesi multi subjek ilmu.
Karena pengelolaan koleksi, dari mau mengadakan sampai buku itu nanti sudah tidak diperpustakaan lagi mempunyai alur yang panjang. Perlu belajar manajemen untuk merencanakan koleksi yang akan di adakan, Kepada jobber mana buku mau dibeli, ngecek buku/ koleksi sesuai apa tidak. Kalau buku sudah sampai diperpustakaan, subjek bukunya apa? Masuk klasifikasi nomor berapa? Bikin katalog dulu. Kalau perpustakaannya sudah sebagain terotomasi ya bikin barcode dulu, habis itu, buku masih disampul. Nanti kalau penempatan buku di rak, buku nomor sekian itu masuk rak sebelah mana. Belum lagi di perpustakaan yang terotomasi tadi, pustakawannya juga harus bisa TI, mengelola si program-program otomasi.
Sebenarnya tugas pustakawan itu juga gag cuman ngurusin buku. Nanti pustakawan juga harus bisa sebagai pendidik, mendidik para calon dan pengguna perpustakaan dalam menggunakan perpustakaan dan fasilitasnya. Mengenalkan pengguna tentang perpustakaan tersebut. Pustakawan juga bisa kayak “tour guide” ketika perpustakaan kedatangan tamu, baik dari perpustakaan lain, maupun tamu dari luar negeri, harus bisa bahasa asing juga.
Pustakawan juga belajar ilmu psikologi untuk mengetahui kebatinan si pemustaka. Misal pemustaka clingukan kaya orang bingung, pustakwan menghampiri dan bertanya : “mau cari buku apa mas?/mbak?” kalau pustakawan kerja di sekolah dasar, pustakawan bisa seketika menjadi pendesain ruangan. Mengubah ruangan polos menjadi ruangan pelangi. Dan ini ni, pustakawan bisa tiba-tiba menjadi mbah google ketika perpustakaan yang terotomasi Online Public Acces Catalogue (OPAC) nya lagi error atau penuh dipakai orang. Pemustka boleh bertanya, contohnya ketika pemustakanya tanya : “ma’af, buku novel Indonesia Rantau 1 Muara kira-kira sebelah mana ya?” pustakawan jawab : “lantai empat, sebelah barat, rak nomor 800, nomor panggil 813 FUA r.”
Tetapi, untuk menjadi “profesi multi subjek ilmu” kita sebagai pustakawan yang normalnya belajar 8 semester atau 4 tahun ini harus belajar di Ilmu Perpustakaan ini dengan sungguh-sungguh. Kalau kita belajar gag sungguh-sungguh sama aja kita dengan pustakawan jeblosan training 2 hari. Ibarat orang naik pohon gag bisa turun. Kita sama-sama bisa otomasi, tapi ketika programnya error, belum tentu kita semua bisa perbaiki. Perlu belajar untuk itu. Belajar, belajar, dan doa.
Salam librarian,
“I’m Librarian. Yes, I can do the best”
(IDKS kelas C)
Anik Nur Azizah


Newer Posts Older Posts Home

ABOUT AUTHOR

My photo
Anik Nur Azizah

Anik Nur Azizah
Ekamas 48
Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
View my complete profile

Follow us

Facebook  Twitter  Instagram 

POPULAR POSTS

  • Menikmati Sore di Kopi Kampung Ambarukmo (KoKamBar) : nonton kereta dan pesawat lewat
    Baca juga : Kopi Kali Petung Melepas penat setelah pulang kerja atau kuliah terkadang perlu dilakukan oleh sebagian orang. Banyak...
  • Tak Perlu Basa Basi untuk Nongkrong di Kafe Basabasi
    Terlalu banyak basa basi sampai dia jadi milik orang itu sudah biasa terjadi. Pergi ke Kafe Basabasi untuk menepi, menyepi, sendiri dan ...
  • Kopi Panggang yang tidak dipanggang, dilengkapi Tiwul khas Gunungkidul
    Nah loh, gimana coba kopi Panggang tapi tidak dipanggang. Ya walaupun pembuatan kopi memang disangrai juga. haha Panggang yang dimaks...
  • Pameran Literasi dan Budaya #idks 2015
    photo by Sri Rohyanti      Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kembali menggelar ...
  • Wajah Baru Kokambar
    Photo by Dimas Catur      Saking menariknya KoKamBar (Kopi Kampung Ambarukmo), admin mereview sampai ketiga kalinya. Ekhem, dapet payun...
  • Alasan Pohon Pulai Ditanam Di Gedung Perpustakaan
    Kenapa? karena semua butuh alasan, meskipun cinta tak butuh alasan. Bahkan menanam pohon saja juga ada alasan yang mendasarinya. Di Balai ...
  • Review Pengiriman Barang Via Wahana Prestasi Logistik
          Awalnya berkirim surat maupun barang bisa dilakukan melalui kantor pos. Namun kemudian, semua berubah ketika negara api menyerang. No...
  • Upacara Adat Cing-Cing Goling, Kisah Pelarian Kerabat Majapahit
    photo by: radarjogja "Cing-cing Goling", berasal dari menyingsingkan atau dalam bahasa Jawa "Cincing", dan "Go...
  • Islam Cinta di Kafe BasaBasi Sorowajan bersama Habib Husen Ja'far Hadar
    photo from twitter @arcotransept Malam Minggu admin kali ini 7/9/2019 sedikit berfaedah dengan nongkrong di Kafe Basabasi. Yang biasany...
  • Dramatisasi Sebuah Perpustakaan
    Sayang kalo enggak dipost. Niatnya ikut lomba tapi kalah, jadi konten blog aja kan lumayan. Tidak ada perjanjian bahwa karya milik panitia...

Categories

  • Bucin Time
  • Cerita
  • IDKS
  • Librarian Corner
  • Warung Kopi
  • Wisata

Blog Archive

  • ►  2020 (7)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2019 (22)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  May (1)
  • ▼  2014 (5)
    • ►  March (3)
    • ▼  February (2)
      • "Amphibi" bukan Berarti tak bisa Apa-apa
      • Pustakawan, Bisa Apa?
  • ►  2009 (1)
    • ►  March (1)

Total Pageviews

>

About Me


Anik Nur Azizah
Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
ziezzhakky@gmail.com

Popular Posts

  • Menikmati Sore di Kopi Kampung Ambarukmo (KoKamBar) : nonton kereta dan pesawat lewat
    Baca juga : Kopi Kali Petung Melepas penat setelah pulang kerja atau kuliah terkadang perlu dilakukan oleh sebagian orang. Banyak...
  • Tak Perlu Basa Basi untuk Nongkrong di Kafe Basabasi
    Terlalu banyak basa basi sampai dia jadi milik orang itu sudah biasa terjadi. Pergi ke Kafe Basabasi untuk menepi, menyepi, sendiri dan ...
  • Kopi Panggang yang tidak dipanggang, dilengkapi Tiwul khas Gunungkidul
    Nah loh, gimana coba kopi Panggang tapi tidak dipanggang. Ya walaupun pembuatan kopi memang disangrai juga. haha Panggang yang dimaks...

Copyright © 2019 Pustakaku.

Created by Anik Nur Azizah

Theme By Anik Nur Azizah