Ketika Keaktivan menjadi Tolok Ukur

Beginilah pendidikan sekarang. ketika keaktivan menjadi salah satu tolok ukur penilaian oleh dosen maupun guru. Siswa yang aktif di kelas bisa mendapatkan nilai cuma-cuma. Aktif yang seperti apa? Seharusnya, ada batasan aktif yang bagaimana agar yang mendapatkan nilai. Salah satu bentuk aktif adalah bertanya, bagaimana bisa bertanya itu menjadi tolok ukur kecerdasan siswa atau mahasiswa. Bagaimana jika siswa hanya bertanya, "Bisa diulangi penjelasan tadi? coba jelaskan satu persatu, karena saya belum terlalu paham." Mahasiswa atau siswa menghalalkan berbagai pertanyaan untuk berlomba mendapatkan nilai. Entah bermutu atau tidaknya pertanyaan tersebut, yang penting bertanya. Bahkan kadang yang tidak diperlu ditanyakan juga ditanyakan. Dosen maupun guru seharusnya lebih teliti dan bisa menjaring keaktivan siswa dan mahasiswanya, mana yang layak untuk mendapatkan "nilai tambah" untuk penilaian akhir nanti. Keaktivan itu tidak hanya bertanya saja, tetapi bisa memberi komentar untuk penyampaian materi yang lebih baik, memberi masukan, membenarkan juga, tidak sekadar "kata ini artinya apa?". Tanpa bertanya pun, jika kita mencari sendiri di kamus atau Google juga insyaallah akan ketemu. Jika keaktivan menjadi tolok ukur, bagaimana siswa maupun mahasiswa yang diam? diam bukan berarti tidak memperhatikan atau tidak tahu. Ada juga siswa atau mahasiswa yang diam, ya karena sudah tahu, mau apa bertanya jika sudah tahu?

Share:

0 comments